Mari Ajari Anak untuk Mengenal Uang Sejak Dini
Foto.by Google
"Uang itu alat tukar, bukan alat ukur seseorang"
Bunda, berapa banyak
anak-anak yang tidak mengerti nilai uang?
Berapa banyak anak-anak
hingga usia dewasa mereka kurang menghargai uang.
Dan pada akhirnya,
ketika anak bermasalah soal uang, uang jajan dianggap kurang melulu, uang
hilang entah dimana dan perilaku kurang menghargai nilai dari uang itu sendiri.
Kenapa ini bisa terjadi?
Mungkin saja ada peran
serta kita sebagai orangtua yang kurang mensosialisasikan guna uang selain
sekedar untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, jajan. Lalu kapan waktu yang tepat
mengenalkan uang pada anak? Sejak dini kah, atau usia sekolah?
Kebanyakan orangtua
beranggapan bahwa mengenalkan uang sejak dini akan berdampak negatif. Misalnya
membuat anak menjadi boros dan konsumtif. Padahal tidak selalu demikian.
Paradigma tersebut tidak selamanya benar. Justru menurut para ahli, anak sejak
dini amat penting dikenalkan tentang uang. Tujuannya agar kelak ketika dewasa
anak sudah mahir mengelola uang dan memiliki kekuatan emosi yang baik pada perilaku konsumtif.
Para psikolog anak mengatakan
bahwa sejak usia 3 tahun anak sudah
dapat diperkenalkan pada uang. Mulai dari materi fisik uang itu sendiri,
misalnya mana uang logam, uang kertas. Lalu ketika usianya bertambah,
perkenalkan lagi nilainya, seperti pecahan uang tersebut. Orangtua bisa
memperkenalkan pada anak, jika ia menginginkan sesuatu benda, ada harganya dan
nilai tukarnya menggunakan uang. Selain itu, anak juga perlu diajarkan dari
mana uang itu berasal serta cara berhemat.
Nah, mungkin beberapa cara
berikut ini bisa kita lakukan pada anak memperkenalkan uang adalah:
Ajari untuk mengetahui
asal muasal uang.
Anak usia sekolah
mungkin sudah bisa Anda ajak bicara soal asal uang. Anak mungkin belum
sepenuhnya memahami bahwa uang berasal dengan bekerja. Dan Anda pun bisa
melatih mereka untuk mengenal jenis pekerjaan yang menghasilkan uang.
Belajar berbelanja
kebutuhannya/jajan.
Umumnya anak usia 3
tahun sudah pandai bicara dengan jelas. Jadi bila ayah bunda mengajarkan anak
belajar berbelanja sesuatu ke warung terdekat, atau disuruh membayar benda yang
dibeli di toko/supermarket tentu sudah bisa ia lakukan sendiri dengan
pengawasan kita. Sembari mengantri di kasir, orangtua bisa memberi tahu berapa
harga benda dan nilai uang yang ia bayarkan. Disamping itu, ajarkan juga anak
untuk membeli barang yang ia butuhkan saja bukan apa yang ia mau. Supaya ia
mampu mengenali kebutuhannya bukan apa kesenangannya. Hal ini juga menjadikan
anak tidak komsumtif, yaitu menjadi pembelanja yang tidak baik.
Belajar menabung.
Usia sekolah dasar,
anak sudah mengenal planning keuangan. Kebanyakan sekolah sudah memberlakukan
tabungan sekolah. Dengan tujuan agar anak mampu mengelola uang jajannya menjadi
jauh lebih bermanfaat. Dengan kata lain, anak mulai diajari mengelola uang
menjadi beberapa bagian penting. Saya pribadi mengajarkan kepada ketiga
anak-anak saya untuk membagi 3 uang jajan mereka. Satu bagian untuk di tabung, satu
bagian untuk disumbangkan untuk kepentingan amal (infak/sedekah), dan sisanya baru
digunakan untuk jajan.
Kenalkan skala
prioritas.
Anak perlu mengenal
skala prioritas untuk dirinya. Mana benda yang paling ia butuhkan, bukan mana
benda yang ia sukai. Katakan pada anak, bahwa kebutuhan adalah sesuatu yang
harus ia miliki untuk bertahan hidup, seperti kebutuhan kita akan air, makan,
tempat tinggal, pakaian. Sementara keinginan adalah sesuatu yang ingin dimiliki,
namun tidak terlalu berpengaruh besar bila todak dipenuhi. Misalnya jalan-jalan,
membeli mainan atau membeli makanan camilan di luaran.
Keempat hal penting
diatas memberi efek positif pada perilaku anak kelak terkait dengan sikap
mereka terhadap uang. Bahwa sesungguhnya uang merupakan alat tukar jika menginginkan
sesuatu benda, bukan sebagai alat untuk pemenuhan keinginan. Dengan
memperkenalkan anak pada uang banyak hal positif yang bisa diserap anak
walaupun sejak usia dini.
Semoga bermanfaat..
Tidak ada komentar:
terimakasih sudah berkunjung, dan mohon maaf komennya di moderasi dulu yaa..